MEDAN-Pengejaran yang dilakukan Jajaran Polda Sumut kembali membuahkan hasil. Empat pria yang diduga kuat terkait perampokan sadis di Bank CIMB Niaga Aksara 18 Agustus lalu, meregang nyawa di tangan Tim Detasmen Khusus (Densus) 88/Anti Teror, Minggu (19/9).
Sedangkan tiga orang lainnya diamankan di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Ketujuhnya diamankan dari dua tempat berbeda, di Tanjung Balai Asahan, Belawan dan Hamparan Perak.
Kapolda Sumut Irjen Pol Oegroseno yang ditemui di Rumah Sakit Brimob Poldasu tadi malam mengatakan, satu tersangka tewas dalam penggerebekan dan tembak menembak dengan petugas di Belawan dan dua lagi di Tanjung Balai.
”Ketiga pelaku tersebut meninggal dunia saat di perjalanan menuju rumah sakit. Sedangkan dua lagi sempat dirawat di Rumah Sakit Deli Belawan,” ujarnya.
Sementara dua tersangka lain diamankan dari Desa Kota Rantang, Kecamatan Hamparan Perak, sekitar pukul 21.30 WIB. Satu tersangka tewas dan satunya lagi sekarat. keduanya masuk ke RS Bhayangkara pukul 01.11 dini hari tadi.
Oegroseno menjelaskan, dalam penggerebekan di Belawan Minggu sore, baku tembak terjadi karena pelaku sempat melakukan perlawanan. Dalam baku tembak dengan petugas tersebut, satu diantaranya meninggal dan dua lagi mengalami luka tembak.
Petugas juga mengamankan sejumlah barang bukti dari tersangka. Seperti sepucuk senjata laras panjang jenis AK-47 dan dua pucuk senjata laras pendek jenis FN 16 serta beberapa sangkur.
Terkait hubungan pelaku dengan perampokan CIMB Niaga Rabu, 18 Agustus lalu, Oegroseno belum bisa memastikan.
“Kita masih lakukan penyidikan untuk pengembangan kasusnya, nanti kita berikan keterangan sebenar-benarnya dan sesingkat-singkatnya,” ungkap Oegroseno sambil meninggalkan sejumlah wartawan.
Kelompok tersebut diduga diketuai pria berinisial M. Namun, hingga tadi malam pihak Polda Sumut masih enggan membeber.
Sementara itu dari Tanjung Balai dilaporkan terjadi baku tembak sekitar pikul 19.30 WIB, ketika petugas melakukan penggerebekan rumah Jajali, di Jalan Rawo Batu I, Gang Mawar III. “Ada penggerebekan di Tanjung Balai dan terjadi baku tembak. Dua ditembak, dua diamankan, sedangkan dua lagi berhasil lari saat penggerebekan,” ujar Thmarin, salah seorang warga sekitar melalui telepon dari Tanjung Balai kepada wartawan koran ini tadi malam.
Sebelumnya, pukul 20.00 tadi malam, Kapolda membenarkan penangkapan yang dilakukan Tim Densus 88 dan Tim Gabungan Poldasu. “Tujuh Ditangkap, tiga tewas. Diduga mereka pelaku perampokan Bank CIMB Niaga. Tapi belum dipastika, masih diduga. Teleponnya nanti lagi ya,” kata Kapolda.
(mag-1/uma/ari/mag-11)
———————————
Para perampok bersenjata api itu dibekuk di empat tempat berbeda. Di Belawan, Tanjung Balai, Lampung dan Jambi. Dalam pembekukan di Belawan, tiga di antaranya ditembak mati.
———
Satu jenazah rampok dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara
Sembilan tersangka perampok Bank CIMB Niaga Cabang Aksara Medan berhasil dibekuk Tim Densus 88 di empat tempat berbeda, Minggu (19/9) petang. Mereka dibekuk di Belawan, Tanjung Balai, Lampung dan Jambi. Tiga di antaranya disebut-sebut ditembak mati.
Tiga di antara sembilan tersangka perampok Bank CIMB Niaga itu merupakan warga Belawan. Dua di antara pelaku ditangkap di daerah Lampung, sementara selebihnya ditangkap di Tanjung Balai, Belawan dan Jambi.
Yang ditembak mati dikabarkan malam ini akan dibawa ke RS Brimob, Medan. Namun, sejauh ini belum ada informasi resmi dari pihak kepolisian. Selain itu, petugas Densus 88 juga berhasil mengamankan satu pucuk senjata laras panjang.
Kelompok perampok tersebut diketuai oleh seorang berinisial M. Namun, hingga malam ini, pihak Polda Sumut masih enggan membeber kepada wartawan.
Malam ini, puluhan jurnalis sudah berkumpul di RS Brimob untuk menunggu kedatangan tiga perampok Bank CIMB Niaga yang ditembak mati
Senin, 20 September 2010
tentang persib
About Persib
Persib Bandung adalah Klub Sepakbola kebanggaan warga Jawa Barat yang telah meraih banyak prestasi di tingkat nasional baik sebagai Juara Perserikatan maupun sebagai Juara Liga Indonesia. Klub yang berjuluk maung bandung ini mempunyai supporter fanatik (bobotoh persib) yang sangat banyak dan tersebar di seluruh pelosok tanah air bahkan sampai manca negara.Sejarah
Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Atot ini pulalah yang tercatat sebagai Komisaris daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega didepan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan diluar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang- orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah- olah Persib merupakan perkumpulan “kelas dua”. VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan- pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib dilakukan di pinggiran Bandung—ketika itu—seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang didalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan “perang dingin” dan menjadi perkumpulan sepakbola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS sebagai suatu strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi lam dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda (NICA) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, decade 1950-an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Walikota Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.
Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama.
Sebagai tim yang dikenal tangguh, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nuralim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawan merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.
Prestasi
Salah satu catatan unik dari tim ini adalah ketika menjuarai kompetisi sepakbola Perserikatan yang untuk terakhir kalinya diadakan, yaitu pada tahun 1993/1994. Dalam pertandingan final, Persib yang ditulang-punggungi oleh pemain-pemain seperti Sutiono Lamso dan Robby Darwis mengalahkan PSM Ujung Pandang. Kompetisi sepakbola Galatama dan tim-tim Perserikatan di Indonesia kemudian dilebur menjadi Liga Indonesia (LI). Pada laga kompetisi LI pertama tahun 1994/1995, Persib kembali menorehkan catatan sebagai juara setelah dalam pertandingan final mengalahkan Petrokimia Putra Gresik dimana gol tunggal pada pertandingan tersebut dicetak oleh Sutiono. Persib juga merupakan satu satunya klub Indonesia yang berhasil mencapai babak semi final Piala Champions Asia.
Kompetisi Perserikatan
* 1933 Runner-up (masih bernama BIVB Bandung)
* 1934 Runner-up (masih bernama BIVB Bandung)
* 1936 Runner-up
* 1937 Juara
* 1950 Runner-up
* 1959 Runner-up
* 1961 Juara
* 1966 Runner-up
* 1982/83 Runner-up
* 1984/85 Runner-up
* 1986 Juara
* 1990 Juara
* 1994 Juara
Liga Indonesia
* 1994/1995 Juara
* 2005 Peringkat 5
* 2006 Peringkat 12
* 2007 Peringkat 5
* 2008 SUPER LIGA
Pemain Legenda
* Adjat Sudradjat
* Robby Darwis
* Sutiono Lamso
* Yusuf Bachtiar
* Yaris Riyadi
* Yadi Mulyadi
* Adeng Hudaya
* Sobur
* Yudi Guntara
* Dede Iskandar
* Djajang Nurjaman
Pelatih Legendaris
* Indra Tohir
* Nandar Iskandar
peran lingkungan sekolah dalam pendidikan
Perubahan perilaku pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan yang ia terima sepanjang hayatnya, pendidikan ini bukan saja sebatas yang formal seperti sekolah atau kursus-kursus namun dalam arti luas artinya segala sesuatu yang diterima manusia melalui panca indera itu menjadi bagain dari pendidikan. Melihat, mendengar, merasa, dan meraba merupakan komponen penting dalam pendidikan, dan itu sangat-sangat mudah ia dapatkan dari lingkungan, baik lingkungan pendidikan formal atau non formal.
Semenjak terlahirnya teori behaviouristik oleh Pavlov, maka sejak itu pula pemahaman bahwa perilaku manusia dipengaruhi juga oleh lingkungan menjadi dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Jadi wajar apabila Soekarno pernah berkata lantang “Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku mengubah dunia!” ungkapan itu tampak PD memang, namun beralasan.
Secara psikologi, memang lingkungan juga berperan penting dalam perilaku manusia khususnya sekolah, sebab dari sinilah perlakukan-perlauan yang terus menerus dan terstruktur masif diberikan kepada anak, sehingga anak diharapkan dapat merubah perilakunya sesuai yang diharapkan. Sekolah yang telah memberikan lingkungan yang menunjang bagi kesuksesan pendidikan maka sekolah itu secara langsung dan tidak langsung memberikan sentuhan perlakuan kepada anak. Lingkungan itu meliputi 1) fisik seperti bangunan, alat, sarana, dan gurunya kemudian 2) non fisik yaitu kurikulum, norma, dan pembiasaan nilai-nilai kehidupan yang terlaksana di sekolah itu.
Namun ingat, lingkungan memang berperan tetapi faktor genital juga memberikan pengaruh, setidaknya pada bakat. Tentang baka, banyak orang yang sukses terkadang disebabkan oleh faktor bakat meski 1% dan yang lain itu adalah kerja keras begitu Saichiro Honda mengatakan, namun jelas bakat sangat berperan juga.
Langganan:
Postingan (Atom)